Ahli Ibadah Bisa Saja Tidak Lebih Baik Dari Ahli Maksiat, Jika Seperti Ini…

May 07, 2017
Semboyan Hidup - Sahabat Islami, Untuk buat umat islam, ketahuilah ibadah yang hendak malah tidak lebih baik dari orang - orang ini.


serupa yang sudah banyak dikisahkan, kesombongan senantiasa bawa bahaya dan juga menyirnakan seluruh kemuliaan. terlebih lagi seseorang yang maksiat aja dapat lebih baik dari pakar ibadah apabila si pakar ibadah dibutakan dengan kesombongannya. sebaliknya seseorang yang maksiat menyadari begitu rendahnya ia dan juga mengakui dosanya.

seseorang tokoh sufi dari mesir, syeikh ibnu atha’illah as - sakandary berkata kalau “maksiat yang menghasilkan perilaku hina dina di hadapan allah swt itu lebih baik daripada ketaatan kepada allah swt yang menghasilkan perilaku terasa lebih mulia dan juga sombong. ” sebesar whatever dosa dan juga kejahatan yang diperbuat seorang, bila setelah itu ia bertobat hingga allah swt hendak membukakan pintu ampunan dan juga menyongsong dengan kegembiraan yang maha dahsyat.

fudhail bin iyadh mengantarkan nasehat, “wahai orang yang pantas dikasihani, kalian orang jahat, namun menyangka dirimu baik. kalian itu orang jahil namun menyangka dirimu berilmu. kalian bakhil, namun menyangka dirimu dermawan. umurmu pendek, namun angan - anganmu panjang. ”

serupa yang diceritakan, seorang yang dijuluki khali’ ialah seseorang pemuda yang suka berbuat kemaksiatan besar. pada sesuatu waktu dia berjumpa dengan seseorang ‘abid, ialah seseorang yang taat beribadah dari kalangan bani israil. kemudian sang khali’ mengatakan, “aku merupakan seseorang pendosa yang suka berbuat kemaksiatan, sedangkan orang itu merupakan seseorang ‘abid, hendaknya saya duduk disebelahnya, dan juga mudah - mudahan allah membagikan rahmat - nya kepadaku dan juga memaafkan dosaku. ”

setelah itu sang khali’ duduk disebelah sang ‘abid. “aku merupakan seseorang yang taat beribadah, sedangkan laki - laki ini merupakan seseorang yang sangat suka berbuat kemaksiatan, pantaskah saya duduk berdekatan dengannya ? ” gumam sang ‘abid. dan juga seketika sang ‘abid memaki dan menendang sang khali’ sampai jatuh tersungkur.

kemudian allah swt merendahkan wahyu kepada nabi muhammad saw menimpa kejadian ini. “perintahkanlah kepada kedua orang ini ialah ‘abid dan juga khali’ buat perbanyak amal mereka. sebetulnya saya betul - betul telah mengampuni dosa - dosa khali’ dan juga menghapus seluruh amal ibadah ‘abid. ”

dengan demikian seluruh dosa - dosa yang sempat diperbuat oleh sang pakar maksiat jadi terhapuskan karna dia terasa cemas kepada allah swt atas seluruh dosa yang telah dikerjakannya, sedangkan allah swt menghapuskan seluruh amal ibadah yang telah dikerjakan oleh sang pakar ibadah karna sifatnya yang sombong dan juga terasa pribadinya lebih mulia dibanding sang pakar maksiat.

apa yang sesungguhnya membikin peran sang alim lebih rendah daripada sang maksiat merupakan perilakunya yang begitu menyombongkan diri dan juga menyangka mulia pribadinya. sebaliknya seorang yang suka bermaksiat itu menyadari dan juga memunculkan kerasa hina pada pribadinya seorang diri. terlebih pakar ibadah pula menghakimi dan juga menghujat kalau orang yang bermaksiat itu tidak pantas duduk bersandingan dengannya.

sementara itu cuma allahlah yang pantas buat berikan penghakiman terhadap teman . perihal ini pastinya mampu jadi pembelajaran untuk kita seluruh, sedikit amal dapat membikin kita memandang rendah teman . sedikit amal membikin kita jadi hakim atas aksi benar - salahnya teman .

suatu cerita yang kira - kira sama pula dikisahkan di dalam kitab sittuna qishshah ialah “kisah pakar ibadah yang masuk neraka dan juga pakar maksiat yang masuk surga”.

abu hurairah kalau rasulullah bersabda, “pada era bani israil dulu, hidup 2 orang pria yang berubah karakternya. yang satu suka berbuat dosa dan juga yang yang lain giat beribadah. tiap kali orang yang pakar ibadah ini memandang temannya berbuat dosa, dia menganjurkan buat menyudahi dari perbuatan dosanya.

sesuatu kali orang yang pakar ibadah mengatakan lagi, ‘berhentilah dari berbuat dosa. ’ ia menanggapi, ‘jangan pedulikan saya, terserah allah hendak memperlakukan saya gimana. memangnya engkau diutus allah buat mengawasi apa yang saya jalani. ’

pria pakar ibadah itu menimpali, ‘demi allah, dosamu tidak hendak diampuni oleh - nya ataupun kalian tidak bisa jadi dimasukkan ke dalam surga allah. ’

setelah itu allah mencabut nyawa kedua orang itu dan juga mengumpulkan keduanya di hadapan allah rabbul’alamin. allah ta’ala berfirman kepada lelaki pakar ibadah, ‘apakah kalian lebih mengenali daripada saya? ataukah kalian mampu merubah apa yang telah berposisi dalam kekuasaan tanganku. ’

setelah itu kepada pakar maksiat allah berfirman, ‘masuklah kalian ke dalam surga berkat rahmat - ku. ’

sedangkan kepada pakar ibadah dikatakan, ‘masukkan orang ini ke neraka’. ”

(hr. ahmad, abu dawud, ibnu mubarak dalam az - zuhd, dan juga ibnu abi dunya dalam husn az - zhan, dan juga al - baghawi syrah as - sunnah)

kedua cerita di atas sama - sama mengarahkan kalau seorang yang mulia dan juga lebih besar derajatnya tidak cuma dilihat dari banyak ataupun sedikitnya dosa, tetapi pula dilihat implikasi ataupun akibat dari amal itu. bila ia yang banyak amal baiknya mendadi tadabbur dan juga sombong pastinya seluruh amal itu hendak sirna. sebaliknya bila sang pendosa terasa bersalah dan juga berupaya buat bertobat hingga hendak musnahlah segala dosanya.

rasulullah saw bersabda:

“jika kamu tidak sempat melaksanakan dosa, tentu sebetulnya yang amat ditakutkan pada kamu merupakan yang jauh lebih dahsyat ialah ‘ujub (terasa kagum pada diri seorang diri). ” (hr. imam ahmad)

wallahu a’lam






( sumber: musmus.me )

No comments:

'; (function() { var dsq = document.createElement('script'); dsq.type = 'text/javascript'; dsq.async = true; dsq.src = '//' + disqus_shortname + '.disqus.com/embed.js'; (document.getElementsByTagName('head')[0] || document.getElementsByTagName('body')[0]).appendChild(dsq); })();
Powered by Blogger.